Monday, May 4, 2015

KELOMPOK 1 SEKILAS TENTANG FILSAFAT



SEKILAS TENTANG FILSAFAT
MAKALAH
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam






Disusun oleh kelompok 1:
Hani wulandari
Aminah
Sting razali

Dosen pembimbing:
Bustian,M.PdI

MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN) KERINCI
T.A 2014/2015
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Konon, orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang yunani bernama Thales (kira-kira tahun 624-546 SM). Orang inilah yang digelari bapak filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya karena ia mengajukan pertanyaan yang aneh, yaitu: apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri menjawab: air. Setelah itu silih bergantilah filosof sazamannya dan sesudahnya mengajukab jawabannya. Semakin lama persoalan yang dipikirkan oleh manusia semakin luas, dan semakin rumit pula pemecahannya. Untuk itu kita sangat perlu mempelajari bagaimana filsafat itu yang sebenarnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Filsafat
2.      Objek Filsafat
3.      Metode Filsafat











PEMBAHASAN
SEKILAS TENTANG FILSAFAT
A.    Pengertian Filsafat
1.      Arti Secara Etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa arab falsafah yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philoshopia, adalah berasal dari bahasa yunani philo-sophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yabg berarti kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti halnya yang banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM).[1]
2.      Arti Terminologi
Secara Terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
a.       Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b.      Aristoteles
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
c.       Al Farabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
d.      Rene Descartes
Menurut Descartes, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan dimana tuhanm alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
e.       Immanuel Kant
Menurut Kant, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pendidikan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
f.       Langeveld
Langeveld berpendapat bahwa filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu masalah-masalah mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
g.      Hasbullah Bakri
Menurut Bakri, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai kal manusia dan bagaimana sikap menusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
h.      N. Driyarkara
Driyarkara berpendapat bahwa filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.
i.        Notonagoro
Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
j.        Ir. Poedjawijatna
Menurut Poedjawinata, filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.[2]
B.     Objek Filsafat
1.      Objek material filsafat
Objek materia yaitu segala yang ada dn mungkin ada tadi. Tentang obek mateial ini banyak yang sam dengan  objek material sains. Bedanya adalah dalam dua hal:
a.       Sains menyelidiki objek material yang empiris, filsafat menyelidiki objek itu juga tapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstraknya.
b.      Ada objek marerial filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek material yang untuk selama-lamanya tidak empiris jadi objek material filsafat tetap saja lebih luas dari objek material sains.[3]
2.      Objek formal
Objek formal yaitu sifat penyedikan. Objek formal filsafat ialah penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai batas objek itu dapat diteliti secara empiris. [4]
C.    Metode Filsafat
Dikarenakan banyak sekali metode filsafat, yang paling penting dapat disusun menurut garis historis, sedikitnya ada 10 metode[5], yaitu sebagai berikut:
1.      Metode kritis
Bersifat analisis dan pendapat. Merupakan hermeneutika,yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jelas bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, akhirnya ditemukan hakikat.
2.      Metode Intuitif
Dengan jelas intropeksi intuitif, dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan penyucian moral) sehingga tercapai suatu penerangan pikiran.
3.      Metode Skolastik
Bersifat sintesis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi atau prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik berbagai kesimpulan.
4.      Metode Geometris
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat ‘sederhana’ (ide terang dan berbeda dengan yang lain), dari hakikat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.[6]
5.      Metode Empiris
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar. maka, semua pengertian (ide-ide) dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian disusun bersama secara geometris.
6.      Metode Transendental
Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.
7.      Metode Fenomenologi
Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.[7]
8.      Metode Dialektis
Dengan jalan mengikuti dinamis pemikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitetis, sintetis dicapai hakikat kenyataan.
9.      Metode Non-Positivistis
Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan yang positif (eksakta)
10.  Metode Anslitiks Bahasa
Dangan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosof.[8]
Dari kesepuluh metode filsafat di atas ada beberapa penjelasan secara singkat metode filsafat yang khas adalah sebagai berikut:
a.       Metode Kritis
Metode ini bersifat praktis dan dijalankan dalam berbagai percakapan. Metode ini tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang.
b.      Metode Intuisi
Guna menyelami hakikat segala kenyataan diperlukan ontuisi, yaitu suatu tanpa rohani, suatu kecakapan yang dapat melepaskan diri dari akal, kecakapan untuk menyimpukan serta meninjau dengan sadar. Intuisi adalah naluri yang telah mndapatkan kesadaran diri, yang telah diciptakan untuk memikirkan sasaran serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.
c.       Metode Skolastik
Metode skolastik sering disebut sintesis dedukif. Sering nama metode skolastik dipakai untuk menguraikan metode mengajar, seperti terjadi disekolah-sekolah dan universitas-universitas, bukan hanya dalam filsafat melainkan dalam semua ilmu, seperti hukum, kedokteran, ilmu pasti, dan artes.
d.      Metode geometris dan Empiris
Kedua metode ini mempunyai tempat tersendiri daam upaya pencarian nilai-nilai kefilsafatan secara radikal dan hakiki.
Ada ketersusunan alami dalam kenyataan yang ada hubungannya dengan pengertian manusia. Di samping itu, juga berusaha keras untuk menemukan yang benar. Adapun yang harus dipandang sebagai yang benar adalah apa yang jels dan terang (clear and distinct)
e.       Metode Transendental
Aliran rasionalisme dan empirisme akhirnya diatasi oleh filsafat Immanuel Kant. Filsafatnya terutama ditekankan pada aktivitas pengertian dan penilaian manusia. Jadi, dalam hal ini tidak menurut aspek atau segi kejiwaan sebagaimana dalam empirisme, tetapi sebagai analisis kriris.
f.       Metode Dialektis
Jalan untuk memahami kenyataan bagi hegel adalah mengikuti gerakan pikiran atau konsep. Asal saja mulai berpikir secara benar, ia akan dibawa oleh dinamika pikiran itu sendiri dan akan dapat memahami seluruh perkembangan sejarah pula. Struktur didalam pikiran adalah sma dengan proses genetis dalam kenyataan, maka metode dan teori atau sistem tidak dapat dipissahkan. Karena mengikuti dinamika didalam pikiran dan kenyataan itu, metode hegel disebut metode dialektis. Dialektis itu diungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan, kemudian didamaikan (tesis-antitesis-sintesis)
g.      Metode Fenomenologi
Kata fenomenologi berasal dari bahasa yunani  fenomenon yang berarti sesuatu yang tampak, atau gejala. Fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau suatu aliran yang membicaraka tentang gejala.
Metode ini mengemukakan tiga reduksi, yaitu sebagai berikut:
1.      Reduksi Fenomenologis
Dengan menyaring pengalaman dengan maksud supaya mendapatkan fenomen dalam wujud yang semurni-murninya.
2.      Reduksi Eidetis
Penyaringan atan penempatan dalam tanda kurung segala hal yang bukan eidos atau inti sari hakikat gehala atau fenomenom. Jadi, hasl reduksi kedua ialah ”penilaian hakikat”
3.      Reduksi Transendental
Yang harus ditempatkan di antara eksistensi dan segala sesuatu yng tiada hubungan timbl balik dengan kesadaran murni, supaaya dari objek itu akhirnya orang sampai kepada apa yang ada pada subjek sendiri.
h.      Metode Analitika Bahasa
Metode ini dapat dinilai cukup netral sabab sama sekali tidak mengendalikan salah satu filafat. Keistimewaan dalam metode ini adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan pada penelitian bahasa yang logis.




PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat merupakan usaha untuk memperolah pandangan yang menyeluruh filsafat mencoba menggabungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.
Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan sesuatu adalah sesuatu itu. Jadi, segala sesuatu yang mempunyai kualitas tertentu pasti dia adalah being. Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan keberadaan. Jadi, filsafat membahas lapisan yang terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah-masalah yang paling besar.
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari sesuatu objek/gejala secara mendalam. Adapun pada ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala. Membicarakan gejala untuk masuk ke hakikat itulah dalam filsafat. Dan untuk sampai ke hakikat harus melalui suatu metode yang khas dari filsafat.
B.     Kritik Dan Saran
Kami menyadari bahwasanya makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangannya karena kami masih tahap belajar. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kapada pembaca sumbang kritik dan saran untuk perbaikan makalah yang akan datang.






DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo, Filsafat Ilmu, (jakarta:bumi aksara, 2008)
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (jakarta:bumi aksara, 2007)
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (bandung: remaja rosdakarya,2013)


[1] Surajiyo, Filsafat Ilmu, (jakarta:bumi aksara, 2008), hal.3
[2] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (jakarta:bumi aksara, 2007),hal.1-2
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (bandung: remaja rosdakarya,2013)hal.21
[4] Ibid.,hal.22
[5] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (jakarta:bumi aksara, 2007),hal.7
[6] Ibid.,hal.8
[7] Surajiyo, Filsafat Ilmu, (jakarta:bumi aksara, 2008), hal.10
[8] Ibid.,hal.11

No comments:

Post a Comment