Thursday, December 25, 2014

MAKALAH HADITS TARBAWI : PERSAUDARAAN



MAKALAH
HADITS TARBAWI

PERSAUDARAAN


DOSEN PEMBIMBING:
MARTUNUS IDRIS, MA

KELOMPOK 10 (SEPULUH)
NAMA KELOMPOK:
1.   ANGGA HARDIANTO
2.   ROSI MARYANI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)  KERINCI



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat hadir dihadapan pembaca. Adalah hanya dari pertolongan dan izin Allah,

Disamping itu Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad S.A.W. beserta keluarganya dan para shahabatnya yang dengan penuh kesetiaan telah mengobarkan syi’ar Islam yang manpaatnya masih terasa hingga saat ini.

Makalah yang berada dihadapan pembaca ini membahas tentang PERSAUDARAAN. Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembacanya dan bernilai ibadah bagi penulisnya.

Adalah sebagai konsekwensi logis bahwa bila nantinya disana-sini akan didapati beberapa cacat, kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan segala bentuk saran maupun kritik dari pihak manapun. Juga tak lupa penulis sampaikan beribu-ribu terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Paling terakhir, hanya kepada Allah penulis panjatkan rasa syukur dan hanya kepada-Nya pula urusan penulis kembalikan.

Mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi keperluan pembaca dan semoga berguna sesuai tujuan untuk kepentingan Agama, Bangsa, dan Umat Islam pada umumnya. Dan sekali lagi kami berharap supaya makalah ini dapat bermanpaat bagi pembacanya dan amal ibadah bagi penulisnya.Amin…..Ya Rabbal ‘Alamiin.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Semangat persaudaraan di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena Allah semata, karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu hubungan. Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (RiwayatMuslim)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dariamalnya.” (Riwayat Muslim)
Maka untuk itu, pemakalah berusaha sekuat tenaga untuk menyusun makalah tentang PERSAUDARAAN. Yang mana persaudaraan ini sangat penting untuk ditingkatkan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Persaudaraan Muslim
2.      Memelihara Silaturrahmi
3.      Larangan Memutuskan Silaturrahmi
 

PERSAUDARAAN

A.    Persaudaraan Muslim (LM : 1671)
حَدِيثُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِير. قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ، وَتَوادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الْجَسَدِ. إِذَا اشْتَكَى عضْوًا، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى».
Annu'man bin Basyier r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Anda akan melihat kaum mu'minin dalam kasih sayang, cinta menyinta dan pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggautanya sakit maka menjalar kepada lain-lain anggauta sehingga terasa panas dan tidak dapat tidur. (Bukhari, Muslim).
Hadits di atas menggambarkan hakikat antara hubungan sesama kaum muslimin yang begitu eratnya menurut Islam. Hubungan antara mereka dalam hal kasih sayang, cinta, dan pergaulan diibaratkan hubungan antara anggota badan, yang satu sama lain saling membutuhkan, merasakan, dan tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu anggota badan tersebut sakit, anggota badan lainnya ikut merasakan sakit.
Dalam hadits lain dinyatakan bahwa hubungan antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling melengkapi. Bangunan tidak akan berdiri kalau salah satu komponennya tidak ada ataupun rusak. Hal itu menggambarkan betapa kokohnya hubungan antara sesame umat Islam.
Itulah salah satu kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh kaum mukmin dalam berhubungan anatara sesame kaum mukminin. Sifat egois atau mementingkan diri sendiri sangat ditentang dalam Islam. Sebaliknya umat Islam memerintahkan umatnya untuk bersatu dan saling membantu karena persaudaraan seiman lebih erat daripada persaudaraan sedarah. Itulah yang menjadi pangkal kekuatan kaum muslimin, setiap muslim merasakan penderitaan saudaranya dan mengulirkan tangannya untuk membantu sebelum diminta yang bukan didasrakan atas “take and give” tetapi berdasarkan Illahi.
Salah satu lanadsan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan oleh bangsa Arab yang sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai tetapi setelah mereka menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir maupun batin, merka dapat bersatu.
Menurut M Quraisy Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an, ada empat macam bentuk persaudaraan :
1.      Ukhuwah ‘ubudiyyah atau saudara kesemakhlukan dan ketundukan kepada Allah.
2.      Ukhuwah Insaniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara karena berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah SAW juga menekankan hal ini melalui sebuah hadits :
كُوِّنُوا عِبَادً اللَّهِ اِخْوَانًا ( رواه البخارى عن أبى هرير
Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah).
3.      Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4.      Ukhuwah fi ad-din al-Islam, persaudaraan muslim. Rasulullah SAW bersabda :

أَنْتُمْ أصْحَابِى اِخْوَانُنَا الَّذِينَ يَأْتُونَ بَعْدِىْ
Artinya :

“Kalian adalah saudara-saudaraku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)ku.”
Persaudaraan dalam Islam mengandung arti cukup luas tetapi persaudaraan antar sesama muslim adalah pertama dan sangat utama. Sebagiamana disebutkan dalam ayat :

$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) ...... 
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (Q.S. Al-Hujurat : 10)
Dalam syari’at Islam banyak ajaran yang mengandung muatan untuk lebih mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat Islam.
Betapa penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang selalu.







B.     Memilihara Silaturrahmi (LM:1657)
حَدِيثُ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ رِزْقُهُ، أَو يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ».

Anas bin Malik r.a. berkata: Saya telah mendengar Ra­sulullah saw. bersabda: Siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dilan­jutkan umurnya maka hendaknya menyambung hubungan famili (ke­rabat). (Bukhari, Muslim).
Hadits ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan silaturahmi. Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
( #sŒÎ*sù uä!%y` öNßgè=y_r& Ÿw tbrãÅzù'tGó¡o Zptã$y ( Ÿwur šcqãBÏø)tGó¡o ÇÌÍÈ
Artinya: “Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”. [1]
Jawaban para ulama tentang masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya,
1.      Yang dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
2.      Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim ataukah tidak).
3.      Yang dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)].[2]\

Keutamaan silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam banyak hadits. Diantaranya ialah :
1.      Silaturahmi merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman.
Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairah, beliau bersabda:
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
2.      Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam,
Artinya: “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahmi.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).

     Menurut Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, [3] keuntungan bersilaturrahmi ada sepuluh, yaitu:
1.      Memperoleh ridha Allah S.W.T., karena Dia memerintahkannya.
2.      Membuat gembira orang lain.
3.      Mandatangkan pujian kaum Muslimin kepadanya.
4.      Menyebabkan pelakunya menjadi disukai para malaykat.
5.      Membuat marah iblis.
6.      Memanjangkan umur.
7.      Menambah rezeki.
8.      Membuat senang kaum kerabat yang telah meninggal, karena mereka senang jika anak atau cucunya selalu bersilaturrahmi.
9.      Memupuk rasa kasih sayang diantara keluarga/famili sehingga timbul semangat saling membantu ketika berhajat.
10.  Menambah pahala sesudah pelakunya meninggal karena ia akan selalu dikenang dan dido’akan karena kebaikannya.[4]





C.     Larangan Memutuskan Silaturrahmi (LM:1659)
حَدِيثُ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «لاَ يَحِل لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ. يَلْتَقِيَانِ، فَيُعْرِضُ هاذَا، وَيُعْرِضُ هاذَا. وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ».
Abu Ayyub Al-Anshari  ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Tidak dihalalkan bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga hari sehingga jika bertemu saling berpaling muka, dan sebaik-baik keduanya ialah yang mendahului memberi salam. (Bukhari, Muslim).
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan lahirnya perpecahan. Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim dan memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya. Dan Nabi shalllallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah dikatakan menyambung silaturahmi ketika seorang membalas kebaikan orang yang berbuat kebaikan kepadanya, yakni menyambung hubungan dengan orang yang senang kepadanya. Akan tetapi yang menjadi hakikat menyambung silaturahmi adalah ketika dia membalas kebaikan orang yang berbuat jelek kepadanya atau menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan disesuaikan dengan jenis amalan. Karenanya, barangsiapa yang menyambung hubungan silaturahminya maka Allah juga akan menyambung hubungan dengannya, dan di antara bentuk Allah menyambungnya adalah Allah akan menambah rezekinya, menambah umurnya, dan senantiasa memberikan pertolongan kepadanya.
Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka Allah juga akan memutuskan hubungan dengannya. Dan ketika Allah sudah memutuskan hubungan dengannya maka Allah tidak akan perduli lagi dengannya, Allah akan menjadikannya buta dan tuli, dan menimpakan laknat kepadanya. Dan siapa yang mendapatkan laknat maka sungguh dia telah dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah Ta’ala yang Maha Luas.
Dampak yang ditimbulkan bila silaturahim diantara kita putus, sangatlah besar, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di antaranya adalah sebagai berikut :
1.          Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah beribadah dengan penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus tali silaturahim dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya tidak ada artinya di sisi Allah SWT.
2.          Amalan shalatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah SAW :
"Terdapat 5 (lima) macam orang yang shalatnya tidak berpahala, yaitu : isteri yang dimurkai suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendemdam saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi makmumnya."
3.      Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya malaikat tidak akan turun kepada kaum yang didalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi."
4.      Orang yang memutuskan tali silaturahmi diharamkan masuk surga. Sabda Rasulullah SAW : " Terdapat 3 (tiga) orang yang tidak akan masuk surga, yaitu : orang yang suka minum khamar, orang yang memutuskan tali silaturahmi dan orang yang membenarkan perbuatan sihir."

Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat kuat. Maka setiap orang yang dipertalikan oleh Allah di antara engkau dan dia dengan hubungan persaudaraan, niscaya ia mendapat hak untuk saling mencintai karena Allah. Dan setiap orang yang bergaul denganmu dengan kecintaan iman, niscaya ia berhak mendapatkan hak persaudaraan Islam.
Dalam larangan tentang sebagian gambaran perbuatan jahat terhadap muslim  atau perintah sebagian gambaran kehidupan bersama, tolong menolong, dan saling berkasih sayang, Rasulullah  melengkapi pengarahan beliau dengan sabdanya:
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
"Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. al-Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi, Malik)
Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan pengertian persaudaraan yang dimaksudkan dalam hadits tersebut dengan ucapannya : “Berusahalah agar kamu menjadi seperti saudara senasab dalam kasih sayang, tolong menolong, saling membantu, dan memberi nasehat”. [5]
Dan standar pemahaman ukhuwah (persaudaraan) dan yang tidak sempurna iman  kecuali dengannya adalah yang dijelaskan oleh Rasulullah  dengan sabdanya:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ, لاَيُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan”. (Shahih al-Jami' no.7085)
Al-Karmani memberikan komentar dengan katanya, : “Dan termasuk iman pula, bahwa ia membenci untuk saudaranya keburukan yang dibencinya untuk dirinya, dan beliau tidak menyebutkannya, karena mencintai sesuatu memberikan konsekuensi membenci lawannya, lalu beliau  tidak menyebutkan hal itu karena sudah cukup”. (Fath al-Bari 1/58. saat mensyarahkan hadits ke 13 dari kitab al-Iman bab ke-tujuh)
An-Nawawi rahimahullah mendefinisikan mahabbah bahwa ia adalah kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai orang yang mencintai (Fath al-Bari 1/58).
Dan Ibnu Hajar rahimahullah menambahkan : “Maksud kecenderungan di sini adalah ikhtiyari (yang diusahakan), bukan alami, dan mahabbah adalah keinginan apa yang diyakininya sebagai kebaikan”. (Fath al-Bari 1/58)

























DAFTAR PUSTAKA
1.      Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya
3.      Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa Moral Umat) Penerjemah Abu Imam Taqiyyuddin, (Malang: Dar. Al-Ihya: 1986),
4.      Prof. DR. H. Rachmat Syafe’i, M. A., 2000 Al-Hadits, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum, Bandung, Pustaka Setia.



[1]  Q.S Al A’raf: 34
[3]  Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa Moral Umat) Penerjemah Abu Imam Taqiyyuddin, (Malang: Dar. Al-Ihya: 1986), hlm. 134-135
[4]  Prof. DR. H. Rachmat Syafe’i, M. A., 2000 Al-Hadits, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum, Bandung, Pustaka Setia, hlm 209
[5]  Dikutip dari hasyiyah al-Muwaththa`, ta'liq Muhammad Fu`ad Abdul Baqi hal. 908, kitab Husnul Khuluq no. 15



 

No comments:

Post a Comment